Kamis, 27 Maret 2014

Asyikin

Ya, namanya juga manusia, pasti ada saat dimana dia benar-benar merasa terpuruk, depresi, stres, down, atau apaun namanya yang membuatnya harus bersusah payah mengembalikan mood seperti sedia kala.
Seperti juga saya yang juga merasakan hal seperti itu, apatah lagi saya orangnya moody, suasana hati yang gampang banget berubah-ubah karena sesuatu hal.
Namun, satu hal yang membuat saya merasa tenang ketika saya benar-benar down, stres atau semacamnya adalah saya masih bisa menanganinya, tak perlu melampiaskannya ke hal-hal yang negatif. Ada banyak hal yang bisa saya lakukan, salah satunya dengan menangis. Masih banyak hal lain sih, tergantung sikonnya seperti apa.
Sekarang pun begitu, jujur, saya sedang patah hati sekarang (hahaha), iya, beneran. Tapi apa yang terjadi denganku sekarang?? Sempat sedih iya, nangis juga tapi ada tidak sampai berlarut-larut seperti itu, wajar kan saya seperti itu, namanya juga perasaan.
Semua itu hanya sebentar saja saya lakukan, selebihnya saya masih bisa tertawa, melakukan apa yang saya inginkan. Apalah gunanya berlarut-larut dalam kesedihan? Menguras tenaga saja, bahkan membuat hati  malah tambah nyesek dan saya sangat benci hal yang seperti itu. Kalau istilah kerennya, MOVE ON. Iya dong, hari gini masih galau?
Ambil saja hikmahnya dengan kejadian pahit yang kemarin. Toh, kalau jodoh nggak bakalan kemana, kalau bukan jodoh, ya pasti sudah ada orang lain yang disiapkan Tuhan untuk saya. Always positive thinking sajalah.
Tersenyumlah.......
Dan kembali melangkah...

Nama Sapaanku

Nama lengkap saya Fatmawati Samad. Nama panggilan/sapaan ada beberapa, tergantung saya ada di mana #nahloh :D
Secara umum sih dipanggil Fatma namun pengucapan huruf F untuk beberapa orang kadang ribet sehingga mengubahnya menjadi Patma, malah ada yang manggil Pa'ma. Tergantung kenyamanan lidah masing-masing (emang lagi makan? hahaha).
Kalau orang di rumah, keluarga, tetangga, teman kecil, punya panggilan lain lagi ke saya, mungkin pengaruh logat Makassar juga sih makanya manggilnya beda dengan teman-teman.

Panggilan kesayangan bapak ke saya itu “Ato’”, mama juga biasanya manggil Ato’. Kadang-kadang saja dipanggil Fatma.

Biasanya juga dipanggil Tomma, secara umum keluarga besar saya manggil saya dengan nama itu. Teman-teman kecil, sepupu, kakak, adik, kelurga dari bapak manggilnya Tomma. Tapi tante, adiknya bapak, manggil saya Ato’ (sama seperti bapak) kadang juga manggil saya Pato’. Kalau tante, adik iparnya bapak dan kakek manggil saya Patomma.

Kalo tetangga biasanya manggil Patma.

Kalau nenek, om, dan tante dari mama, manggilnya “Omma”. Beberapa sepupu dari bapak jg.

Kalau my little boy, Muflih biasanya manggil saya kakak Tamma.

Untuk orang yang pertama kali kenal/bertemu, biasanya saya memperkenalkan diri sebagai Fatma.

Teman-teman sekolah SD-SMA biasanya memang manggil Fatma.
Teman-teman di kampus manggilnya Fathe' (dan beberapa teman SMA yang satu kampus juga mulai manggil saya Fathe') meski ada beberapa juga yang tetap manggil Fatma. Kalo teman seangkatan di Biologi, Iin dan Pitto' manggil saya Pate'.

Aya manggil saya oenni (bukan panggilan sih sebenarnya, cuma ala-ala Korea gitu, hahah) sama kayak kak as yang manggil saya "Neng".

Kalo dua orang sahabat saya, Nhoe dan Mammi', Nhoe manggil saya Fath, Mammi' manggilnya Pa'ma tapi kadang-kadang Nhoe juga manggilnya Pa'ma.

Kakak Ningrum manggilnya Fathi.
Si mas yang di sana manggil saya pesek.
Ada juga yang manggil Mawa (saya juga bingung kenapa orang ini berinisiatif manggil saya Mawa :D)

Beberapa orang teman di komunitas Sahabat 5 cm malah manggil saya mbak Samad semenjak ketua KPK adalah pak Abraham Samad. Hahaha, ada-ada saja...

Ya, itulah beberapa nama sapaan saya….
Bukan sesuatu yang penting sih cuma siapa tau aja ada yang bingung jika ada yang mampir koment di status saya pake nama yang saya sebut di atas :D

Selasa, 25 Maret 2014

THE END


Baru tadi aku meminta pada-Nya agar aku diberi sebuah jawaban atas segala tanya dan ketidakjelasan yang selama ini aku tanyakan. Well, sudah terjawab hari ini, di sela-sela pagi yang begitu dingin.
Semua telah berakhir hari ini, harapanku terhempas begitu saja. Tapi aku sudah dari awal mempersiapkan semuanya, dan setelah semenjak hari itu, saat kutemukan sebuah nama di sana.
Sekali lagi, aku harus melepaskan semua rasa yang pernah ada, membiarkannya pergi. Meski kecewa, sangat kecewa tapi toh aku juga tak bisa berbuat apa-apa. Lebih baik memang seperti ini, karena memang dari awal sebuah keputusan yang salah untuk seperti itu.
Kembali merawat luka yang kembali menganga, ah, rasanya tak berubah ya? Tetap perih.

Hmmh...

Sekarang, kubiarkan semuanya berjalan seadanya. Tak ingin lagi merajut harap semakin banyak, pasrah. Walau rasa suka itu masih ada dan mungkin akan selalu ada sampai benar-benar aku harus melepaskannya pergi sewaktu-waktu.
Aku bingung harus bagaimana sekarang. Ingin sekali bertemu denganmu walau hanya beberapa detik, tapi entah kapan.
Keinginan terbesarku saat ini adalah ingin hidup bersama denganmu, ah, imaji yang sungguh berlebihan mungkin, entahlah.

Senin, 24 Maret 2014

Muak

Aku sedang tidak baik-baik saja ketika aku rindu namun kupendam di dalam hati.
Aku sedang tidak baik-baik saja ketika aku marah dan hanya kubiarkan air mataku mengalir.
Aku tidak  baik-baik saja semenjak menemukan nama itu di sana.
Ah, rumit rasanya.

Sabtu, 22 Maret 2014

Entahlah...

Entah hal bodoh apalagi yang kulakukan sekarang. Huwaaah,,,
Radarku yang selalu saja sensitif terkadang tak bisa aku abaikan begitu saja.
Selalu ada jawaban untuk semua tanya yang ada di kepalaku sampai detik ini.
Hey hati, kamu baik-baik saja kan sekarang?
Tapi rasanya memang tidak baik-baik saja.

Selasa, 18 Maret 2014

"Sendiri"

Belakangan, aku suka sekali berteman dengan ke-sendiri-an. Aku mulai merasa nyaman dengan sendiri yang setia menemani hari-hariku. Aku memang tidak begitu suka dengan sesuatu yang gaduh dan terlalu ramai, situasi seperti itu kadang membuatku sakit kepala dan merasa tertekan.
Sendiri, aku tidak perlu repot-repot mengurusi urusan orang lain yang bukan urusanku. Egois mungkin, tapi ada beberapa hal dari orang lain yang aku tidak ingin berada di dalamnya.
Sendiri selalu berkawan sepi, iya, setidaknya ada rasa nyaman dan tenang yang aku rasakan, tidak mengganggu dan terganggu oleh orang lain. Aku kadang begitu benci berkata-kata, kubiarkan saja ia tumpah ruah dalam tulisan yang amburadul seperti ini.
Walau saat sendiri adakalanya pikiranku begitu terusik, bukan karena kehadiran sesuatu di sekitarku tapi kehadiran sesuatu di pikiran dan hatiku. Ah, lagi, aku selalu berurusan dengan masalah “perasaan”, dan masalah itu sebenarnya ada sama diriku yang begitu sensitif. Rindu misalnya.
Memang sangat tidak nyaman seperti ini, memendam rindu sendiri, marah pada diri sendiri, kecewa pada diri sendiri, menangis pun sendiri. Tak perlu ada seseorang yang menemaniku. Cukup aku, diriku sendiri (selain Tuhan maksudnya).
Menikmati ke-sendiri-an dengan berimaji, merajut harap, menimbun rindu, tenggelam dalam sunyi, ah, aku sudah terbiasa menikmatinya. Walau sesekali aku rapuh, setidaknya itu bukti bahwa aku masih punya hati, aku butuh seseorang yang bisa kujadikan sandaran, genggamannya menguatkan, senyumnya menenangkan, tatapnya meneduhkanku.
Mungkin aku akan risih dengan “sendiri” jika suatu saat telah datang seseorang yang mengajakku masuk ke dalam kehidupannya.
Barangkali…