Kamis, 19 Juni 2014

Delusi

Kepadanya, ia bercerita tentang daun-daun gugur, gemerisik angin, dan gemercik air.
Tentang sebuah [r]asa yang ia genggam erat-erat, seolah tak ingin melepaskannya pergi.
Lalu kutemukan berlembar-lembar catatan usang tak bernama memenuhi sudut kamarnya.
"Senyum lirih tak pernah pergi, aku tahu diri siapa yang harus berjarak."
Tak kupahami sepenggal baris kata yang samar maknanya.
Kulihat ia memungut satu-persatu butiran bening dari pelupuk matanya, menyimpannya dalam sebuah kotak kaca.
Tiba-tiba ia tertawa tanpa jeda sampai tubuhnya roboh tak berdaya.
Aku mematung.
Ia adalah diriku.

Tidak ada komentar: